Thursday, 5 February 2015

INSANUL KAMIL


BAB I
 PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Seperti yang sudah kita sepakati dalam diskusi-diskusi yang sudah dilakukan, bahwa budaya adalah akal. Segala sesuatu yang berkaitan dengan hasil budi/ akal akan memiliki nilai kebaikan. Sehingga dari kebaikan itu akan menghasilkan sesuatu yang baik pula bagi kehidupan manusia berdasarkan tingkat kebutuhan dan pemikiranya.
Untuk itu kami hadirkan makalah yang berkenaan tentang keterkaitanya ilmu budaya dengan konsepi insanulkamil.
B.      Rumusan masalah
1.      Apa itu Konsepi insanulkamil?
2.      Apakah Macam-macam Konsepi insanulkamil?
3.      Bagaimana Keterkaitanya cinta dengan insanulkamil?
C.      Tujuan
1.      Mengetahui maksud dari konsepi insanulkamil.
2.      Mengetahui macam-macam insanulkamil.
3.      Mengetahui keterkaitanya insanul dengan ilmu budaya


BAB II
PEMBAHASAN
“MANUSIA SEUTUHNYA (INSANUL KAMIL) DALAM PERSPEKTIF ILMU BUDAYA DAN ISLAM”

A.     KONSEP TENTANG INSANULKAMIL
Manusia, dalam pandangan Islam, selalu dikaitkan dengan suatu kisah tersendiri. Didalamnya , manusia tidak semata-mata digambarkan sebagai hewan tingkat tinggi yang berkukuh pipih, berjalan dengan dua kaki, dan pandai berbicara.Lebih dari itu, menurut Al-Quran, manusia lebih luhur dan gaib dari apa yang dapat didefinisikan oleh kata-kata tersebut.[1]

         Teori Insan Kamil yang merupakan pembicaraan yang umum dalam karya  tokoh-tokoh  tasawuf dunia termasuk Syekh Abdulkarim Al Jilli. Hadir sebagai narasumber kali ini adalah  Peneliti dan praktisi Filsafat dan tasawuf yang tidak asing lagi di dunia akademis yakni Prof. Prof. Dr.Yunasril Ali. Bertindak sebagai moderator kali ini adalah Ketua STFI Sadra Dr. Kholid Al Walid.Prof. Dr.Yunasril Ali  menjelaskan hal-hal yang berkaitan dengan  berberapa pandangan al-Jili dalam merefleksikan hakikat dari insan kamil diantaranya adalah :
           Nama lengkapnya ialah ’Abd al-Karim ibn Ibrahim ibn ’Abd al-Karim ibn Khalifah ibn Ahmad ibn Mahmud al-Jili. Ia mendapatkan gelar kehormatan ”syaikh” yang biasa dipakai di awal namanya. Selain itu, ia juga mendapat gelar ”Quthb al-Din” (kutub/poros agama), suatu gelar tertinggi dalam hirarki sufi. Namanya dinisbatkan dengan Al-jili karena ia berasal dari Jilan. Akan tetapi, Goldziher mengatakan, penisbatan itu bukan pada Jilan, tetapi pada nama sebuah desa dalam distrik Baghdad”jil’. Ia lahir pada awal Muharam (767 H/1365-6 M) di kota Bagdad, karya-karya menurut kami masih mendekati originalitasnya, diantara enam karya al-Jilli adalah:
            Al-Insan al-Kamil fi Ma’rifat-i al-Awakhir wa al-Awail, Buku ini adalah bukunya yang paling poluler. Karya ini tersebar di Dar  al-Kutub al-Mishriyah, Kairo, beberapa kali diterbitkan maktabah shabihy dan mushthafa al-Babi al-Halabi di Kairo, dan Dar al-Fikr di Beirut.Buku ini mengupas dengan mendalam konsep insan kamil (manusia sempurna) secara sistematis.
1.      Al-Durrah al-‘Ayiniyah fi al-Syawahid al-Ghaybiyah, Buku ini merupakan antologi puisi yang mengandung 534 bait syair karya al-Jilli
2.      Al-Kahf wa al-Raqim fi Syarh bi Ism-i Allah al-Rahman al-Rahim, Buku ini merupakan kajian mendalam mengenai kalimat Basmalah secara panjang lebar menurut tafsir sufi. Berbeda dengan kitab-kitab tafsir di luar tafsir sufi—yang berupaya menjelaskan kata demi kata dan kalimat demi kalimat dari ayat-ayat al-Qur’an—al-Jilli, di dalam karya ini menjelaskan ayat pertama surat al-Fatihah, huruf demi huruf, yang menurutnya merupakan lambang-lambang/simbol-simbol yang mempunyai makna tersendiri.4. Lawami’ al-Barq
3.      Maratib al-Wujud, Buku ini menjelaskan tentang tingkatan wujud dan disebut juga dengan judul Kitab Arba’in Maratib.
4.      Al-Namus al-Aqdam, Buku ini terdiri dari 40 juz, masing-masing juz seakan-akan terlepas dari juz lainnya dan mempunyai judul tersendiri. Akan tetapi sangat disayangkan sebagian besar dari buku ini tidak ditemukan lagi.
Al-Jili merumuskan insan kamil ini dengan merujuk pada diri Nabi Muhammad SAW sebagai sebuah contoh manusia ideal. Jati diri Muhammad (al-haqiqah al-Muhammad) yang demikian tidak semata-mata dipahami dalam pengertian Muhammad SAW asebagai utusan Tuhan, tetapi juga sebagai nur (cahaya/roh) Ilahi yang menjadi pangkal dan poros kehidupan di jagad raya ini.
Nur Ilahi kemudian dikenal sebagai Nur Muhammad oleh kalangan sufi, disamping terdapat dalam diri Muhammad juga dipancarkan Allah SWT ke dalam diri Nabi Adam AS. Al-Jili dengan karya monumentalnya yang berjudul al-Insan al-Kamil fi Ma’rifah al-Awakir wa al-Awa’il (Manusia Sempurna dalam Konsep Pengetahuan tentang Misteri yang Pertama dan yang Terakhir) mengawali pembicaraannya dengan mengidentifikasikan insan kamil dengan dua pengertian.
            Pertama, insan kamil dalam pengertian konsep pengetahuan mengenai manusia yang sempurna. Dalam pengertian demikian, insan kamil terkait dengan pandangan mengenai sesuatu yang dianggap mutlak, yaitu Tuhan. Yang Mutlak tersebut dianggap mempunyai sifat-sifat tertentu, yakni yang baik dan sempurna. Sifat sempurna inilah yang patut ditiru oleh manusia. Seseorang yang makin memiripkan diri pada sifat sempurna dari Yang Mutlak tersebut, maka makin sempurnalah dirinya. Kedua, insan kamil terkait dengan jati diri yang mengidealkan kesatuan nama serta sifat-sifat Tuhan ke dalam hakikat atau esensi dirinya. Dalam pengertian ini, nama esensial dan sifat-sifat Ilahi tersebut pada dasarnya juga menjadi milik manusia sempurna oleh adanya hak fundamental, yaitu sebagai suatu keniscayaan yang inheren dalam esensi dirinya. Hal itu dinyatakan dalam ungkapan yang sering terdengar, yaitu Tuhan berfungsi sebagai cermin bagi manusia dan manusia menjadi cermin bagi Tuhan untuk melihat diri-Nya.
Bagi al-Jili, manusia dapat mencapai jati diri yang sempurna melalui latihan rohani dan mendakian mistik, bersamaan dengan turunnya Yang Mutlak ke dalam manusia melalui berbagai tingkat. Latihan rohani ini diawali dengan manusia bermeditasi tentang nama dan sifat-sifat Tuhan, dan mulai mengambil bagian dalam sifat-sifat Illahi serta mendapat kekuasaan yang luar biasa.
Pada tingkat ketiga, ia melintasi daerah nama serta sifat Tuhan, masuk ke dalam suasana hakikat mutlak, dan kemudian menjadi “manusia Tuhan” atau insan kamil. Matanya menjadi mata Tuhan, kata-katanya menjadi kata-kata Tuhan, dan hidupnya menjadi hidup Tuhan (nur Muhammad).
Al-jili seperti ibn ’Arabi, memandang insan kamil sebagai wadah tajalli Tuhan yang paripurna. Pandangan demikian didasarkan pada asumsi, bahwa segenap wujud hanya mempunyai satu realitas. Realitas tunggal itu adalah wujud mutlak, yang bebas dari segenap pemikiran, hubungan, arah, dan waktu. Ia adalah esensi murni, tidak bernama, tidak bersifat, dan tidak mempunyai relasi dengan sesuatu. Di dalam kesendirian-Nya yang gaib itu esensi mutlak tidak dapat dipahami dan tidak ada kata-kata yang dapat menggambarkan-Nya, karena indera, pemikiran, akal, dan pengertian mempunyai kemampuan yang fana dan tidak pasti, hal yang tidak pasti akan menghasilkan ketidakpastian pula. Karena itu, tidak mungkin manusia yang serba terbatas akan dapat mengetahui zat mutlak itu secara pasti. Al-jili mengatakan,”Sesungguhnya saya telah memikirkan-Nya, namun bersama itu pula saya bertambah tidak tahu tentang Dia”. Ungkapan tersebut senada dengan ucapan ibn ’Arabi,”Tidak ada yang mengetahui Allah kecuali Allah sendiri.”
Kemudian, wujud mutlak itu ber-tajalli secara sempurna pada alamsemesta yang serba ganda ini. Tajalli tersebut terjadi bersamaan penciptaan alam yang dilakukan oleh tuhan dengan kodrat-Nya dari tidak ada menjadi ada. Menurut al-jili alam ini bukanlah dicptakan Tuhan dari bahan yang telah ada, tetapi diciptakan-Nya dari ketiadaan (creatio ex nihilo) di dalam ilmunya. Kemudian, wujud alam yang ada di dalam ilmu-Nya itu dimunculkan-Nya menjadi alam empiris.
Dengan terjadinya tajalli Tuhan pada alam semesta, tercerminlah kesempurnaan citra-Nya pada setiap bagian dari alam, namun zat-Nya tidaklah berbilang dengan berbilannya wadah tajalli tersebut, tetapi tetapi Esa dalam segenap wadah tajalli-Nya. Dengan demikian, setiap bagian dari alam ini mencerminkan citra ketuhanan, namun apa yang tampak dalam dunia nyata hanyalah bayangan dari esensi mutlak itu. Menurut pandangan al-jili dan juga ibn ’Arabi, Tuhan adalah transenden dan sekaligus imanen.


B.      SEGI POSITIF DAN NEGATIF TENTANG MANUSIA
Konsep tentang cinta akan menghadirkan berbagai bentuk dan macam cinta, diantranya;[2]
1.      MANUSIA ADALAH KHALIFAH TUHAN
            Ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat : “Sesungguhnya Aku hendak menjadikanseorang khalifah dibumi.”2
Mereka berkata : “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) dibumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah...” Tuhan Berfirman : “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” (Q.S 2:30)
2.      DIBANDING MAHLUK YANG LAIN MANUSIA MAHLUK YANG PALING PINTAR
Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama segala benda, kemudian mengemukakaknnya kepada para malaikat, seraya berfirman : “ Sebutkanlah kepada-Ku nama-nama benda itu, jika kalian memang benar!” Mereka menjawab : “Maha Suci Engkau , tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami. Sungguh!Engkaulah yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. “Allah Berfirman : “Hai Adam, beritahukan kepada mereka nama-nama benda ini.”
Setelah Adam memberitahukan nama benda-benda itu kepada mereka , Allah Berfirman : “Bukankah sudah kukatakan kepadamu, bahwa sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi serta mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan?” (QS. 2: 31-33)

3.      MANUSIA DALAM FITRAHNYA TERDAPAT UNSUR SURGAWI
(QS 32:7-9)
7. yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan yang memulai penciptaan manusia dari tanah.
8. kemudian Dia menjadikan keturunannya dari saripati air yang hina.
9. kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya roh (ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur.



4.      PENCIPTAAN MANUSIA TELAH DIPERHITUNGKAN SECARA TELITI
122. kemudian Tuhannya memilihnya[950] Maka Dia menerima taubatnya dan memberinya petunjuk.
(QS 20:122)
[950] Maksudnya: Allah memilih Nabi Adam a.s. untuk menjadi orang yang dekat kepada-Nya.

5.      MANUSIA BERSIFAT BEBAS DAN MERDEKA
.
(QS 76:2-3)
2. Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur[1535] yang Kami hendak mengujinya (dengan perintah dan larangan), karena itu Kami jadikan Dia mendengar dan melihat.
3. Sesungguhnya Kami telah menunjukinya jalan yang lurus; ada yang bersyukur dan ada pula yang kafir.

[1535] Maksudnya: bercampur antara benih lelaki dengan perempuan.


6.      MANUSIA MEMPUNYAI KECENDERUNGAN DEKAT DENGAN TUHAN
(QS 7:172)
172. dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah aku ini Tuhanmu?" mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuban kami), Kami menjadi saksi". (kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya Kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)",
(QS:30:43)
[582] Maksudnya: agar orang-orang musyrik itu jangan mengatakan bahwa bapak-bapak mereka dahulu telah mempersekutukan Tuhan, sedang mereka tidak tahu menahu bahwa mempersekutukan Tuhan itu salah, tak ada lagi jalan bagi mereka, hanyalah meniru orang-orang tua mereka yang mempersekutukan Tuhan itu. karena itu mereka menganggap bahwa mereka tidak patut disiksa karena kesalahan orang-orang tua mereka itu.



7.      MANUSIA DIKARUNIA PEMBAWAAN YANG MULIA DAN BERMARTABAT
(QS 17:70)
70. dan Sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan[862], Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.

[862] Maksudnya: Allah memudahkan bagi anak Adam pengangkutan-pengangkutan di daratan dan di lautan untuk memperoleh penghidupan.

8.      MANUSIA MEMILIKI KESADARAN MORAL
7. dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya),
8. Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya.
(QS 91:7-8)

9.      JIWA MANUSIA TIDAK AKAN PERNAH DAMAI, KECUALI DENGAN MENGINGAT ALLOH
28. (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.
(QS 13:28)
6. Hai manusia, Sesungguhnya kamu telah bekerja dengan sungguh-sungguh menuju Tuhanmu, Maka pasti kamu akan menemui-Nya.[1565]
(QS 84:6)

[1565] Maksudnya: manusia di dunia ini baik disadarinya atau tidak adalah dalam perjalanan kepada Tuhannya. dan tidak dapat tidak Dia akan menemui Tuhannya untuk menerima pembalasan-Nya dari perbuatannya yang buruk maupun yang baik.




10.  SEGALA KARUNIA DUNIAWI DICIPTAKAN UNTUK KEPENTINGAN MANUSIA
29. Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. dan Dia Maha menetahui segala sesuatu.
(QS 2:29)
13. dan Dia telah menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa yang di bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berfikir.
(QS 45:13)

[1383] Yang dimaksud hari-hari Allah ialah hari-hari di waktu Allah menimpakan siksaan-siksaan kepada mereka.
11.  TUHAN MENCIPTAKAN MANUSIA UNTUK MEYEMBAH-NYA
56. dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.
(QS 51:56)


12.  MANUSIA TIDAK DAPAT MEMAHAMI DIRINYA, KECUALI DENGAN SUJUD KEPADA TUHAN
19. dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada mereka sendiri. mereka Itulah orang-orang yang fasik.
(QS 59:19)

13.  SELURUH REALITAS TERSEMBUNYI AKAN DIHADAPKAN
22. Sesungguhnya kamu berada dalam Keadaan lalai dari (hal) ini, Maka Kami singkapkan daripadamu tutup (yang menutupi) matamu, Maka penglihatanmu pada hari itu Amat tajam.
(QS 50:22)
14.  MANUSIA TIDAK HANYA TERSENETUH DENGAN MOTIVASI DUNIAWI SAJA
27. Hai jiwa yang tenang.
28. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya.
(QS 89:27-28)

72. Allah menjanjikan kepada orang-orang mukmin, lelaki dan perempuan, (akan mendapat) surga yang dibawahnya mengalir sungai-sungai, kekal mereka di dalamnya, dan (mendapat) tempat-tempat yang bagus di surga 'Adn. dan keridhaan Allah adalah lebih besar; itu adalah keberuntungan yang besar.
73. Hai Nabi, berjihadlah (melawan) orang-orang kafir dan orang-orang munafik itu, dan bersikap keraslah terhadap mereka. tempat mereka ialah Jahannam. dan itu adalah tempat kembali yang seburuk-buruknya.

(QS 9:72)

C.      SEGI-SEGI NEGATIF MANUSIA
72. Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat[1233] kepada langit, bumi dan gunung-gunung, Maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu Amat zalim dan Amat bodoh,
(QS 33:72)
[1233] Yang dimaksud dengan amanat di sini ialah tugas-tugas keagamaan.
66. dan Dialah Allah yang telah menghidupkan kamu, kemudian mematikan kamu, kemudian menghidupkan kamu (lagi), Sesungguhnya manusia itu, benar-benar sangat mengingkari nikmat.
(QS 22:66)

6. Ketahuilah! Sesungguhnya manusia benar-benar melampaui batas,
7. karena Dia melihat dirinya serba cukup.
(QS 96:6-7)
12. dan apabila manusia ditimpa bahaya Dia berdoa kepada Kami dalam Keadaan berbaring, duduk atau berdiri, tetapi setelah Kami hilangkan bahaya itu daripadanya, Dia (kembali) melalui (jalannya yang sesat), seolah-olah Dia tidak pernah berdoa kepada Kami untuk (menghilangkan) bahaya yang telah menimpanya. Begitulah orang-orang yang melampaui batas itu memandang baik apa yang selalu mereka kerjakan.
(QS 10:12)
100. Katakanlah: "Kalau seandainya kamu menguasai perbendaharaan-perbendaharaan rahmat Tuhanku, niscaya perbendaharaan itu kamu tahan, karena takut membelanjakannya". dan adalah manusia itu sangat kikir.
(QS 17:100)
[869] Mukjizat yang sembilan itu Ialah: tongkat, tangan, belalang, kutu, katak, darah, taupan, laut, dan bukit Thur.

54. dan Sesungguhnya Kami telah mengulang-ulangi bagi manusia dalam Al Quran ini bermacam-macam perumpamaan. dan manusia adalah makhluk yang paling banyak membantah.
(QS 18:54)
19. Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir.
20. apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah,
21. dan apabila ia mendapat kebaikan ia Amat kikir,
(QS 70:19-21)

KEBAJIKAN DAN KEJAHATAN
179. dan Sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. mereka Itulah orang-orang yang lalai.
(QS 7:179)
[585] Maksudnya: Nama-nama yang Agung yang sesuai dengan sifat-sifat Allah.
[586] Maksudnya: janganlah dihiraukan orang-orang yang menyembah Allah dengan Nama-nama yang tidak sesuai dengan sifat-sifat dan keagungan Allah, atau dengan memakai asmaa-ul husna, tetapi dengan maksud menodai nama Allah atau mempergunakan asmaa-ul husna untuk Nama-nama selain Allah.

KARAKTERISITIK MANUSIA SEMPURNA MENURUT MULLA SADRA
2.      Tuhan mentransformasikan aspek batin dan jiwa Manusia Sempurna melalui manifestasi-Nya, maka (petualang) akan dibangkitkan kembali di dunia ini sebelum memasuki dunia akhirat.
3.      Tuhan yang disembah oleh sebagian besar manusia bukanlah Hakikat atau Tuhan yang wajib adanya dan memiliki semua kesempurnaan. Bahkan, mereka menyembah Tuhan yang dibuat sendiri oleh kepercayaan intelektual dan imajinatif dalam pikiran mereka yang pada realitasnya adalah hasil ciptaan mereka sendiri” MULLA SADRA
Mereka telah mengenal Hakikat dalam sejumlah manifestasi-Nya yang mereka sembah.
4.      Seorang sufi yang telah mencapai Hakikat dan fana pada-Nya, sementara ia mendapatkan hidup dari-Nya dan ia bukan lagi objek yang dapat berubah dan bergonta-ganti.
5.      Pada akhir perjalanan  pertama, manusia sempurna tidak akan terhalang oleh rintangan apapun, bahkan oleh entitasnya sendiri, yang mengantarai dirinya dan Hakikat Kebenaran, karena begitu ia menginginkan dan mencintai-Nya.
6.      Dan ketika ia menjadi kepercayaan Tuhan, dilevel manapun ia membawa amanah itu, maka ia akan terus berusaha mempertahankannya, dan dengan menyelimuti aktualitasnya.
7.      Ketika Manusia Sempurna telah memiliki kesempurnaan spekulatif dan praktis maka ia telah memutuskan seluruh sifat-sifat keduniawiannya dan menghilangkan rasa cinta pada dunia materi ini dan segala yang ada di dalamnya dari kesucian hatinya, maka kesempurnaan eksistensialnya akan lebih tinggi dari seluruh eksistensi yang ada.
                             



BAB III
1.      KESIMPULAN

Sebagai makhluk sosial dan sebgai makhuk ciptaan tuhan, tentulah manusia tidak bisa lepas dengan yang namanya tanggung jawab, baik tanggung jawab buat diri sendiri ataupun orang lain. Untuk itu mari kita lihat apa itu tanggung jawab?
Kata tanggung jawab merupakan hal yang sudah tidak asing lagi kita dengar di kehidupan sehari-hari kita, karena mau tidak mau tanggung jawablah yang membuat kita terlihat sisi kemanusiaannya. Lantas apa itu tanggung jawab? Taggung jawab yaitu beban psikis (kejiwaan) yang melandasi pelaksanaan kewajiban (atau dalam melakukan kewajiban) dari tugas tertentu.[3]Sebagai manusia kita harus seimbang antara hubungan kita dengan Tuhan dan sesama manusia sehingga kita menjadi mahluk yang sempurna dimata Tuhan dan baik dimata para manusia sekalian penghuni alam.







2.      SARAN

Suatu beban tanggung jawab akan datang kepada kita saat kita mendapatkan kepercayaan dari seseorang atau saat kita telah melakukan suatu tindakan ataupun yang lain. Tanggung jawab juga timbul atas pemberian suatu wewenang kepada seseorang[4]. Sebagai manusia kita harus menuruti perintah Tuhan dan menjauhi segala larangannya, sesuai dengan fitrah kita sebagai manusia yaitu untuk beribadah kepada Tuhan, dengan tidak melupakan dunia tentunya.









DAFTAR PUSTAKA

Prasetya, Joko Tri, dkk. Ilmu Budaya Dasar. Jakarta : PT Asdi Mahastya. 2009.
Mustopo, M. Habib. Ilmu Budaya Dasar. Surabaya : Usaha Nasional.
Murthada Mutahari. Manusia dan Agama. Hal. 118. Jakarta. Mizan: 1994
Dr. Mulyadhi Kartanegara, Sang Manusia Sempurna. Jakarata. Teraju. 2004
Seminar Tasawuf Insanul Kamil Sadra Jakarta
www. Wikipedia.com
www. google.com
di unduh tanggal 05 Juni 2014




[1] Murthada Mutahari. Manusia dan Agama. Hal. 117. Jakarta. Mizan: 1994
[2]Murthada Mutahari. Manusia dan Agama. Hal. 118. Jakarta. Mizan: 1994
[3]Prasetya, Joko Tri, dkk. Ilmu Budaya Dasar. Jakarta : PT Asdi Mahastya. 2009. Hal. 149
[4]Mustopo, M. Habib. Ilmu Budaya Dasar. Surabaya : Usaha Nasional. Hal. 191

0 komentar:

Post a Comment

 
;