THABAQAT
ALSUFIYYAH DARI SUDUT PANDANG RISALAH AL MALAMATIYYA
PEMATERI
: Dr. H Muhammad Nursamba Kamba, MA.
Ada juga
penyataan sulami yang menyatakan adalah “sebaik-baik teman adalah ilmu,
sejelek-jelek teman adalah ibadah” ini tidak berarti kaum malamatiya
mendiskriditkan ajaran-ajaran agama , tapi dimaksudkan bahwa seorang murid
tidak boleh pindah kepada level yang lebih tinggi kecuali sudah memperoleh
pengetahuan yang memadai.
-------------------------------------------
Abu yazid
Bustani ketika orang-orang mengelu-elukannya tapi merasa tidak nyaman maka
iapun makan siang dihadapan mereka padahal sedang berpuasa romadlon. Masyarakat
kemudian memaki-maki dan mengihna-hinakan.
--------------------------------------------------------------
Seorang
sahabat Abu hafs mengatakan”aku diperintahkan oleh Abu hafs untuk beraktifitas
di pasar dan mencari nafkah, tetapi tidak membolehkan aku membeli makan dari
hasil dagang dipasar tersebut, malah menyuruhku untuk menyumbangkan semuanya
kepada fakir miskin , untuk kebutuhan makanku aku diperintahkannya untuk
mengemis.orang-orang kemudian pada protes, sepanjang hari beraktifitas dipasar malah mengemis untuk
makannya . begitu mereka mengetahui bahwa yang aku lakukan adalah perintah Abu
Hafs mereka kemudian ramai-ramai menyumbang makanan untukku. Abu hafs lalu memintaku aku berhenti
mengemis”.
---------------------------------------------------------------
Aljunaid
mengatakan “ ADA TIGA KEADAAN YANG LAZIM DILALUI PEJALAN SPIRITUAL : PERTAMA
KEADAAN DIMANA IA MELAKUKAN MUHASABAH APAKAH KEADAANNYA LEBIH BAIK? KEDUA,
KEADAAN DIMANA IA HARUS MELAKUKAN KHALWAT UNTUK MENYEMPURNAKAN
KEKURANGAN-KEKURANGANYA; KETIGA , KEADAAN DIMANA IA MELIHAT LAKU ALLOH PADA
MAHLUK-NYA”
--------------------------------------------------
Sudah jamak dikalangan para sarjana , terutama mereka uang
memiliki perhatian pada dunia tasawuf , bahwa masa keemasan tasawuf telah
mencapai puncaknya pada abad 4 H/ 10 M . M ereka lupa bahwa masa keemasan islam
adalah pada masa Nabi Muhammad SAW , terutama pada periode madinah. Sabda
Rasululloh SAW “ sebaik-baik masa adalah masaku”. Betul bahwa taswuf sebagai
ilmu telah mengalami kesempurnaan lahirnya pada abad 4 H. Tapi tasawuf bukan
ilmu,bukan teori, bukan pula wacana melainkan kehidupan hidup hubungan yang
intim dengan Alloh SWT. Atas keintiman tersebut manusia mengalami transformasi
dari dari tidak baik menjadi baik, dan dari baik menjadi terbaik. Bahkan
transformasi itu berlangusng tiada batas dan mengekspresikan hasrat yang tak
terbendung dalam diri manusia menuju kesempurnaan. Pengalaman isra mi’raj nabi
telah memberi insprasi yang luar biasa terhadap proses perjalanan tiada akhir
menuju kepada Alloh SWT , berbagai fenomena keseharian yang dialami rasulullah
bersama atau ditengah para sahabatnya merupakan fenomena spiritual yang dapat
dinilai sebagai peristiwa-peristiwa supranatural yang pada gilirannya hanya
bisa dicapai atau didapatkan oleh mereka yang berjalan tiada henti menuju
kesempurnaan.
Sebutlah misalnya
tentang turunnya alquran karena terlalu populer sehingga tidak ada perenungan .
menurut sejarawan mesir modern, Husain Mu’nis peristiwa turunnya wahyu kepada
nabi Muhammad SAW adalah peristiwa yang luar biasa sebab proses tersebut
sesungguhnya memperlihatkan secara rinci bagaimana seorang manusia biasa
berproses menjadi nabi dan rasul. Dan menerima wahyu . serta membahasakan kalamullah
. termasuk peristiwa perang badr yang juga merupakan sebuah peristiwa
supranatural yang berdimensi keunggulan dimensi spiritualisme, diriwayatkan ,
ditengah kecamuk perang setiap kali tentara muslim patah pedangnya mereka
kembali kepada pos Rasululloh SAW dan beliau memberikan apa saja, tongkat, atau
tangkai kayu yang tiba-tiba berubah menjadi pedang, dalam berbagai riwayat
hadis dirinci betapa alam sekitar merespon setiap kali ayat-ayat alquran
diturunkan.
Pandangan ibnu
khaldun terhadap fenomena sufisme abu Abd Rahman al-sulami hendak ditegaskannya
dalam thabaqat al-sufiyah-nya. Menurut ibnu khaldun, fenomena sufisme merupakan
kesinambungan tradisi nabi yang terpelihara secara turun-temurun dari generasi
awal.merupakan mainstream islam semenjak masa awalnya orang-orang kemudian
terpengaruh oleh gemerlapnya dunia. Al-Thusi dalam luma’ juga menceritakan hal
yang sama, bahwa sufisme berubah menjadi
kaum minoritas tatakala mainstream umat islam sudah hanyut bergelimang
keduniaan.
Pada pengantar
thabaqatnya Sulami menjelaskan bahwa para awliya merupakan penerus tradisi para
nabi dan rasul . karena itu alloh tidak membiarkan dunia tanpa ada yang
menunjuki umat kejalan Alloh.. dan para pembawa petunjuk tersebut
bertingkat-tingkat derajatnya. Diantara karya Sulami yang paling berarti bagi
thabaqat adalah risala malamatiyya. Bahkan ajaran tasawuf yang diuraikan
melalui ungkapan yang pernyataan 105 tokoh dalam thabaqat pada umumnya
mempraktekan ajaran-ajaran yang diuraikan oleh Sulami dama risala
al-malamatiyya.
AJARAN
MALAMATIYYA DALAM RISALA SULAMI:ANALIS TEKSTUAL
Berikut analis ajaran malamatiyya sebagaimana diuraikan
Sulami(w.413 H) dalam karyanya risalah al-malamatiyya, khususnya dasar
pemikiran dan wilayah penerapannya.empat aspek akan menjadi fokus perhatian:
1.
Prinsip-prinsip dasar
pemikiran malamatiyya
2.
Pandangan malamatiyya
tentang al-nafs (nafs amarra bissu’)
3.
Metodologi malamatiyya dalam
pendidikan spiritual dan perilaku
4.
Malamatiyya dan kode
etiknya(adab)
Ia menempatkan malamatiyya pada tingkatan yang tertinggi ,ia
mencatat “karena mereka ditempatkan oleh Alloh pada posisi kebersatuan(jam’)
, kedekatan(al-qubra), keintiman (al-uns), dan hubungan tak berujung (wusla),
Alloh telah mengambil mereka kepada-Nya. Alloh membiarkan mereka muncil
diantara orang-orang , sementara pada saat yang sama kesadaran mereka pada
Allah berkesinambungan “ Sulami menyatakan “ini adalah tahap ditinggikan (ahwal)
, dimana apa yang dalam batin tidak muncul pada lahiriyah”.
Abu hafs berkata
kepada utshman “berada ditengah masyarakat adalah kembali dari Allah kembali
kepada mahluk-Nya, maka periksalah siapa kau sesungguhnya” . pernyataan abu
hafs tidak lantas menjadikan malamatiyaa menganut sikap isolasi diri,melainkan
justru menuntut kesadaran penuh disaat , agar tetap mempertahankan hubungan
yang tak berkesudahan dengan Allah, bahkan setelah mencapai tingkat tertinggi
pada jalan spiritual . untuk mencapai tujuan ini harus menganggap diri sendiri
sebagai diri yang tercela.oleh karena itu, maka laum,malamah , mencela diri
sendiri merupakan suatu cara pendidikan dalam perjalanan spiritual.
Tentang pentingnya
konsep menyalahkan diri , sulami mengutip prinsip malamati bahwa dengan
menimbulkan celaan seseorang akan terus menanjak(taraqqi) dari suatu tahap
ketahap yang lainnya, hingga kesaran terdalam(sirr) mencapai tahap pencerahan
(nur) tanpa disadari oleh hati (qalb) . sebaliknya , dari tahap jiwa menyentuh
hati tanpa terpengaruh sifat-sifat baawaan (tab’). Dan dalam tingkatan itu akan
mukasyafa terlahir dalam kesadaran terdalam(sirr) sedangkan ruh tidak
lagi mengandalkan hati ataupun jiwa sama sekali. Lebih lanjut sulami
menjelaskan untuk menghindarkan ancaman jatuh dari taraf sidiqqin ketulusan
sejati sang malamati menjaga kesadaran diri dengan tetap mencela dan melihat
kekurangan-kekurangannya agar tulus melampaui godaan-godaan hawa nafsunya.
Dalam konsep
al-junaid seorang sufi dari baghdad tahap ini disebut dengan al-hirah,
taraf kaannaka narahu, menarik untuk dicatat bahwa pada tahap mukasyafah
kemampuan untuk melihat realitas sejati ada dua yakni dengan kepala sendiri dan
dengan memperoleh pencerahan dan memeperoleh pencerahan yang memberi kemampuan
untuk melihat sesuatu dalam dimensi transendentalnya.ini merupakan visi empirik
PANDANGAN MALAMATIYA
TERHADAP KONSEP NAFS AMMARA
Pada dasarnya , malamatiya didasarkan pemahaman khusus tentang
nafs ammara,
1.
Karena nafs mengacu kepada
kesombongan ujub (kesombongan,keangkuhan) yang mendorong lahirnya
kebanggan dari ego yang pada gilirannya terikat dengan opini publik.
2.
Karena nafs
merupakan acuan jahl(kebodohan), yang terikat oleh keinginan ambisius.
Karakteristik nafs secara psikologis berperan
dalam menghasilkan pengetahuan palsu dan menciptakan kepuasan diri, hal-hal
mana mencegah kemajuan dalam memperoleh kebersamaan yang tulus dengan Allah.
Dan pemahaman malamatiya tentang ikhlas
sangat urgen sekali contohnya dalam jawaban sang guru ditanyakan :
bagaimana bisa seseorang
melakukan ibadah tanpa pamrih apapun dan tanpa mengharapkan imbalan apapun? Dia
menjawab: karena ia mencapai puncak kebhagiaaanya tatkala menyadari sepenuhnya
telah mendapat kehormatan disapa dan diperintah oleh sang Maha Tinggi dan Maha
Kuasa. Dan pada itu melihat dan menghargai pengabdiannya merupakan
gangguan bagi kebahagiaan dan kehormatannya.logikanya, konsekuensi dari
ketercelaan dan kehinaan dirinya yang hanyut dalam kehina-hinaan kemudian
merasa disapa oleh Tuhan yang maha agung,maha mulia, maha kuasa, tentu akan
sangat merasa bahagia.. namun ia harus melihat, pada saat yang sama apapun yang
ia lakukan adalah nilai yang kecil dibandingkan dengan keagungan Allah dalam
segala sifatnya, dan akhirnya ia lebih mengabdikan dirinya secara intensif lagi
hingga dia tercerahkan dan dapat melihat wujud transedental dalam perspektif empirik.
METODE MALAMATIYYA
Ada tiga metode yang sangat mendasar bagi
malamatiyya dalam pemdidikam spiritual dan perilaku, yakni:
1.
Berpaling dari nafs
amarrah untuk mengobati penyakit-penyakit jiwa seperti , kesombongan,
kebodohan, keangkuhan dll
2.
Selalu menentang keinginan
dari diri sendiri demi menjaga konsistensi dan kedisiplinan
3.
Terus menerus menyalahkan
diri sepanjang tergoda oleh nafs amarrah demi mempertahankan kebersamaan dengan
Tuhan.
Seorang sahabat Abu hafs mengatakan”aku diperintahkan oleh
Abu hafs untuk beraktifitas di pasar dan mencari nafkah, tetapi tidak
membolehkan aku membeli makan dari hasil dagang dipasar tersebut, malah
menyuruhku untuk menyumbangkan semuanya kepada fakir miskin , untuk kebutuhan
makanku aku diperintahkannya untuk mengemis.orang-orang kemudian pada protes,
sepanjang hari beraktifitas dipasar
malah mengemis untuk makannya . begitu mereka mengetahui bahwa yang aku lakukan
adalah perintah Abu Hafs mereka kemudian ramai-ramai menyumbang makanan untukku. Abu hafs lalu memintaku aku berhenti
mengemis”.
Makna yang
difahami dari ilustrasi tersebut adalah bukan sejauh mana seseorang berhasil
menghinakan diri melainkan sebesar apa nafs amarrah tidak lagi memepengaruhi
jiwa dan kesadaran ego? Adakah jiwa menjadi lebih tenang karena
kecenderungan-kecenderungannya terpenuhi oleh godaan-godaan hawa nafsu? Tapi
apakah ini tidak berarti bahwa malamatiyya telah terjebak kedalam paradox
dimana memusatkan kepada jiwa yang seharusnya dihindari? Pertanyaan ini
dimunculkan oleh hakim tirmidhi yang sepertinya merupakan protes kesar terhadap
metode nisapur.seperti yang dikutip sara sviri hakim mepertanyakan “jika orang
harus memusatkan perhatian pada pengetahuan mengenai seluk beluk jiwa maka ia
tidak akan pernah membebaskan diri, jika orang sibuk mengurus
kekurangan-kekurangan jiwa maka sepanjang hidupnya hanya perjuangan membebaskan
diri dari jiwanya.
Ada juga
pernyataan sulami yang menyatakan adalah “sebaik-baik teman adalah ilmu,
sejelek-jelek teman adalah ibadah” ini tidak berarti kaum malamatiya
mendiskriditkan ajaran-ajaran agama , tapi dimaksudkan bahwa seorang murid
tidak boleh pindah kepada level yang lebih tinggi kecuali sudah memperoleh
pengetahuan yang memadai.dalam metode ahwal dan maqomat sufi baghdad dengan istilah al tahakum fil ahwal wa al
maqomat , daya kontrol prima dalam setiap level . berkata Sulami “ siapa
yang ingin membebaskan diri dari sifat bangga akan pengabdiannya hendaknya
selalu mengingat darimana asalnya, dimana kini berada, akan kemana menuju,jika
benar-benar faham akan hal ini maka akan terlepas dari pengaruh dan godaan nafs
amarah” Aljunaid mengatakan “ ADA TIGA KEADAAN YANG LAZIM DILALUI PEJALAN
SPIRITUAL : PERTAMA KEADAAN DIMANA IA MELAKUKAN MUHASABAH APAKAH KEADAANNYA
LEBIH BAIK? KEDUA, KEADAAN DIMANA IA HARUS MELAKUKAN KHALWAT UNTUK
MENYEMPURNAKAN KEKURANGAN-KEKURANGANYA; KETIGA , KEADAAN DIMANA IA MELIHAT LAKU
ALLOH PADA MAHLUK-NYA”
Disini kita harus melihat interkoneksi antara interkoneksi
menghinakan diri dengan kebahagiaan memperoleh perintah Alloh,Sulami mengutip
kata-kata master “ tidak ada seorangpun yang dapat mencapai peringkat
orang-orang ini dalam bidang iman kecuali dia mengabaikan semua yang ada dimasa
lalu dan semua yang akan datang, karena dia kini mengikuti kehendak Tuhan-Nya”.
KODE ETIK (ADAB ) MALAMATIYYA
1. Ihlas dalam kejujuran dan jujur dalam keihlasan
Para malamatiyya kepada beribadah dimuka umum tidak ada ada
perbedaan dengan muslim biasa, sholatnya juga tampak normal tidak terlalu
tampak lama, begitu juga dan zikirnya tampak wajar-wajar saja. Tetapi ketika
dirumah atau ditempat sunyi, mereka melakukan ibadah lebih khusyuk dan lebih
tekun dan lebih intens. Mereka melakukan ibadah lainnya seperti sodaqoh dengan
cara tersembunyi dan takut tercampu
riya’.semuanya dilakukan semata karena keikhlasannya sudah mencapai tataran
yang sangat tinggi. Inilah kelompok malamatiyyah sejati , berlawanan dengan
kelompok awam yang tampak khusyuk dimesjid atau didepan banyak orang,tapi malas
ogah-ogahan ketika berada dirumah dan sendirian.
2. ANTI KEMAPANAN
AL harits ibn Asad Al muhasisbi
mengatakan “kamu dapat mengidolakan Alloh jika kamu melihat keagungan dan
begitu dahsyatnya nikmat yang di anugerahkan Allah kepadamu. Semakin kamu
mensyukuri semakin kecil pula kamu dihadapan Allah”. Jika mereka merasakan
pada dirinya ada kecenderungan riya pada dirinya maka mereka melakukan
perbuatan yang dapat mengundang penghinaan orang seperti yang dilakukan oleh
Abu yazid Bustani ketika orang-orang mengelu-elukannya tapi merasa tidak nyaman
maka iapun makan siang dihadapan mereka padahal sedang berpuasa romadlon.
Masyarakat kemudian memaki-maki dan mengihna-hinakan.
AL-IETSARI
Prinsip ini didasarkan kepads
Qs,59:9 dimana Alloh memuji sikap penduduk asli Madinah yang menerima
kedatangan kaum Muhajirin , para pendatang, yang memperlihatkan sikap
mendahulukan kepentingan saudara dan kawan daripada kepentingan diri sendiri,
prinsip ini menciptakan sikap futuwah sebagai yang digambarkan QS. 18:13 yakni
ashabul kahf yang hatinya terbuka satu sama lain, simbol kebersamaan yang
prima.
Semoga ada manfaatya Aamiin...
0 komentar:
Post a Comment