PERAN MUSLIM MASA MODERN
( Menyalakan Kembali Cahaya Lilin dari Timur)
Assalamualaikum
perkenalkan terlebih dahulu nama saya adalah Muhammad Iqbal Mansulrudin, saya
seorang mahasiswa di jurusan filsafat Islam di Sekolah Tinggi
Filsafat Islam SADRA , sebuah kampus yang bekerjasama antara negara
Indonesia dan negara Iran. Sadra diambil dari nama seorang filsuf yang berasal
dari Iran, mungkin kampus berharap mahasiswanya bisa mejadi filsuf sekelas
Mulla Sadra dan membangun peradaban dan negara Indonesia yang lebih baik, untuk
lebih jelasnya saya akan menjelaskannya di bagian akhir. Menurut dosen disini
jurusan Filsafat Islam ini adalah jurusan yang pertama didirikan khususnya di
Indonesia, saya tidak tahu persis apakah pernyataan tersebut itu benar atau
tidak, yang saya tahu saya bangga sekolah disini dan saya belajar tentang para
piloshop kenamaan dari seluruh negara baik itu dari filsafat Barat, filsafat Islam
maupun filsafat timur. Namun, karena disini di fokuskan untuk belajar tentang
filsafat Islam, maka saya lebih suka dengan piloshop Islam kita sebut saja Ibnu
Sina (avicena), Ibnu Rusyid (aviroes), Aljabr (Al-gerbra/ al-jabar) dll.
Nah, mungkin dari
penjelasan pertama saya, kalian sudah tahu akan dibawa kemana esai saya ini.
Karena, latar belakang saya telah disebutkan maka saya akan masuk kedalam
pembahasan esai saya. Jika Al-Ghazali memilih judul untuk bukunya Ihya
Ulumuddin maka saya ingin mengambil judul esai saya “Menyalakan Kembali
Cahaya Lilin dari Timur”.
Kenapa saya mengambil tema
“Menyalakan Kembali Cahaya Lilin dari Timur”, sebagian dari kita telah
tahu dan mungkin sebagian kita tidak tahu bahwa pada zaman dahulu peradaban Islam
sangat maju dan mencapai puncak kejayaannya, itu ketika zaman khilafah , baik
zaman khilafah Bani Umayyah, Bani Abbasiyah dan sebagainya. Pada zaman itu di
hasilkan ulama yang bersinar dan mengharumkan nama Islam keseluruh pelosok
dunia, walaupun “tak ada gading yang tak retak” dalam artian bahwa tak ada yang
sempurna.
Meskipun pada zaman dahulu terdapat beberapa konspirasi dan keburukan tapi
kita patut berbangga, pada zaman Golden Age itu telah diciptakan ulama
sekelas Ibnu Sina yang menciptakan sistem kedokteran dan sampai sekarang
kitabnya masih dipakai didunia Barat dan Jerman, salah satu kitabnya dalah “Al-Qanun
fi attib” atau di dunia Barat terkenal dengan buku “Medicine and Canon”.
Imam Al-ghazali membuat kitab Tahaffut
Alfalasifah yang membahas tentang kerancuan akan para piloshop, walaupun
niat pertama dari imam al-gazahali bukanlah seratus persen ingin membatasi para
piloshop, dan Ihya Ulumudiin yaitu kitab untuk menghidupkan kembali ilmu
agama.
Dalam masa lalu tak
terpungkiri banyak sekali perbedaan pendapat dan saling mengkritik antara satu
buku dengan buku yang lain, hal ini mengakibatkan keilmuan dalam berbagai
bidang sangat maju dan pesat, maka dilahirkanlah beberapa ilmuwan yang
cemerlang pada zamannya.
Hal ini ada hubungannya
juga dengan anggapan mereka tentang aqidah dan teologi yang mereka percaya,
contohnya antara sunni dan syiah, kita tahu bahwa kaum syi’ah banyak terdapat
di negara Persia atau sekarang dikenal dengan negara Iran. Negara Iran telah
melahirkan banyak ilmuan dan disebut negara filsuf. karena , di syi’ah ada
istilah yang disebut dengan ihto’ah dan sangat menjujung tinggi logika. Ihto’ah
ada hubungannya dengan satu pernyataan dalam logika yang menyebutkan bahwa “dua
hal yang berlainan tidak akan pernah bertemu satu sama lain”, inilah yang
menjadi acuan mereka bahwa tidak mungkin semuanya adalah benar, maka mereka
terus mencari kebenaran yang sejati selama mereka hidup, karena hanya ada satu
yang benar dan diterima oleh Tuhan. Maka kaum syi’ah terus melakukan inovasi
diberbagai bidang, baik dalam bidang ekonomi, bidang pendidikan, bidang Agama,
bidang fiqih, bidang akhlak dan semua bidang.
Berbeda dengan kaum sunni
yang jika telah ditetapkan oleh para muztahid dan ditemukan hukumnya maka tidak
perlu lagi dilakukan inovasi apapun untuk merubahnya, itulah perbedaan mendasar
antara kaum sunni dan kaum syi’ah. Dua kekuatan besar umat Islam yang ada di
dunia. Kita tahu bahwa negara Indonesia dihuni oleh mayoritas kaum sunni atau
ahlu sunnah waljama’ah seperti saya, yang beranggapan bahwa pintu iztihad telah
tertutup. Namun, kita tak perlu pesimis bahwa mazhab kita sunni , syi’ah atau
apapun itu, yang terpenting adalah semangat kita untuk menghidupkan kembali
cahaya Islam dari timur agar bisa bercahaya dan memberi kebahagiaan dan
kemasalahatan bagi seluruh dunia dan selamat dunia akhirat.
Kita mungkin telah tahu
bahwa zaman modern sekarang ini di dominasi oleh filsafat Barat dan filsafat
materialisme, sesuatu di nilai dengan materi yaitu dengan uang. Zaman sekarang
ini orang dibagi menjadi beberapa bagian :
1.
Ada orang yang tahu dan merasa bahwa mereka telah
mengikuti filsafat Barat dan mengikuti kebudayaan Barat, bahwa kebudayaan Barat
merupakan suatu kebudayaan yang lebih maju daripada Islam. Sehingga dalam
hidupnya mereka habiskan untuk berfoya-foya, makan ke Resaturant, jalan-jalan,
mabuk-mabukan ke Bar, main wanita dan hal-hal lain yang membuat diri kita
senang dengan materi dan terpuaskannya hasrat nafsu kita dan melupakan Tuhan.
Datang untuk kerja jam 6 pagi, pulang sore untuk mampir ke Bar untuk
mabuk-mabukan dan senang-senang dan diakhiri di Rumah, begitulah siklus yang
mereka lakukan tiap harinya tanpa merasa bersalah, padahal hati mereka merasa
sepi dan ada yang hilang dalam diri mereka, yaitu Tuhan.
2.
Sebagian yang lain tidak merasa masuk dalam
kebudayaan Barat dan kebiasaan-kebiasaan Barat tapi setiap tingkah laku mereka
mencerminkan kebudayaan dan kebiasaan Barat, seperti : belanja ke mall, menjadi
seorang konsumerisme. Orang Islam menjadi seorang konsumen dan orang Barat/
Selain Islam menjadi produsen, kita memakan dan mengkonsumsi produksi dari
selain Islam. Pertanyaannya? Jika produksi dari Barat itu bagus dan halal itu
boleh saja, tapi jika ada pencampuran dan ada niat buruk dibalik itu kita tidak
bisa mengelak. Imam Al-Chumanei mengatakan “pada zaman nanti akan ada yang
namanya perang kebudayaan, perang ini tidak disadari tapi sangat membahagiakan
orang yang dikenainya”. Mungkin pernyataan Al-Chumanei itu tercermin dengan
apa yang terjadi sekarang.
3.
Orang yang tahu dan menjauhi dari budaya Barat
tersebut, mereka tahu bahwa freesex itu dilarang, mabuk dan hal-hal yang lain
itu dilarang Islam dan bukan termasuk kedalam kebudayaan Islam.
Jadi, sebagai seorang muslim pada zaman modern ini kita harus pintar-pintar
memfilter/ menyaring hal-hal yang masuk dari luar dan akan merusak aqidah kita.
Selain akan merusak aqidah kita, akan merusak keamanan dan kestabilan yang
ada di negara kita. Ada yang menyebutkan bahwa ada dua hal yang menjadi
kekuatan dalam ketahanan nasional.
1.
Hard power .
Yaitu ketahanan nasional kekuatan kasar, disini berarti kekuatan dari militer dan
senjata-senjata yang canggih yang dipunyai negara kita. Namun, lebih daripada
itu ada yang lebih kuat dari pada hard power yaitu
2.
Soft power.
Yaitu kekuatan yang lembut dan tidak terlihat , namun sangat kuat. Salah
satunya adalah kekuatan kebanggan kepada diri sendiri, agama, dan negara kita. Contohnya
negara Israel yang bangga dan mengaku sebagai keturunan nabi dan bangsa
terpilih, Amerika yang sangat nasionali dan patriotis, Iran bangga dan mengaku
sebagai keturunan Salman Al-farisi negara tersebut bangga akan negaranya
sendiri dan menjadi negara yang maju dan bisa dibanggakan diseluruh dunia. Jika
bukan kita yang membanggakan negara kita lantas siapa lagi? Jika diri kita
sendiri tidak bangga, mana mungkin negara lain mau bangga dengan negara kita.
Saya akan menjelaskan fungsi filsafat bagi
kelangsungan sebuah peradaban, karena saya sekolah di sebuah sekolah yang
berbasis negara Iran. Maka saya akan memaparkan kenapa Iran bisa tetap maju
ketimbang negara yang lain salah satunya adalah karena faktor filsafat Islam,
disini saya akan menjelaskan fungsi dari 3 filsafat Islam yang paling mendasari
pertumbuhan peradaban di Iran yaitu filsafat paripatetik yang berasal dari buah
pikiran dari Ibnu Sina, kemudia Syuhrawardi yang dikenal dengan filsafat
Iluminasi dan filsafat Transendensi atau dikenal dengan Hikmah Mutaaliyah, saya
akan menjelaskan satu persatu :
1.
Paripatetik
Istilah paripatetik atau dalam bahasa Arab
masya’iyah sendiri berasal dari zaman Aristoteles, yaitu filsafat yang didasarkan
pada rasional dan cara pengajarannya adalah sambil berjalan dan mengobrol, ciri
dari filsafat ini adalah rasional dan mengedepankan premis mayor dan minor, dan
mengatakan bahwa eksistensi (wujud ) lebih penting daripada essensi ( mahiyah)
. Dan pada zaman ini banyak ditemukan ilmuwan yang maju diberbagai bidang sains
seperti Bapak paripatetik Islam adalah Ibnu Sina yang mahir dalam bidang obat dan
kedokteran. Ibnu Sina terkenal dengan teori akal 10 nya. Pada zaman Ibnu Sina
ini banyak terjadi kemajuan diberbagai bidang keilmuan dari ilmu sains, sampai
filsafat, ini menjadi rujukan dunia Barat sehingga dibawa ke Eropa dan Rennaisance
terjadi di Eropa . Eropa menjadi maju dalam berbagai bidang sains. Karena Barat
lebih percaya dengan teori Ibnu Sina ditambah dengan Empirismenya David Humme
sehingga budaya sains di Eropa menjadi maju dan banyak penemu yang kembali
bergairah membuat penemuan baru.
2.
Iluminasi (Israqiyah)
Yang membawa
aliran ini adalah Syuhrawardi Al-maqtul, syuhrawardi membawa aliran ini karena
melihat banyak ulama yang sibuk dengan masalah keduniawian dan keilmuan di
bidang sains dan melupakan agama, maka dengan
teori Israqiyahnya Syuhrawardi mengatakan bahwa yang essensi-lah ( mahiyah) yang penting dan
eksistensi itu tidak terlalu penting, dan selain dengan logika harus dengan
intuisi dan sufi untuk mendapatkan hakikat. Filsafat ilmuninasi terkenal dengan
analogi cahayanya. Bahwa Tuhan merupakan cahaya tertinggi dan kita sebagai cahaya yang kecil
dibawah cahaya Tuhan. Pada zaman ini orang lebih cenderung kepada Irfan dan
tasawuf lebih mementingkan hakikat daripada eksistensi/wujud.
3.
Transendensi ( Hikmah Mutaaliyah)
Orang yang membawa aliran ini adalah Mulla
Sadra yang telah lahir 400
tahun yang lalu, Mulla Sadra
lebih canggih karena menyatukan antara intuisi yang berasal dari kaum sufi dengan metodologi metafisikanya, logika metodologi filsafatnya dan juga
mengambil dalil naqli atau berasal dari Al-qur’an. Sehingga Mulla Sadra mengatakan bahwa wujud
itu lebih penting dan wujud itu merupakan aksiden dari essensi. Mulla Sadra juga
mengatakan Cara untuk
mendapatkan hakikat Mulla Sadra ada 4 cara antara lain maqom ke hadits, hadits
ke maqom, maqom ke maqom, hadits ke hadits. Dan teorinya hampir mirip dengan
ilmuniasi bahwa yang membedakan mahluk yang satu dengan yang lain tergantung
dari gradasi wujudnya. Semakin besar cahaya dari mahluk itu maka semakin besar
kemungkinan akan bertemu dengan Tuhan, maka Filsafat Mulla Sadra ini disebut
dengan filsafat transendensi karena berjalan menuju kesempurnaan.
Pada zaman Mulla Sadra
seperti sekarang ini, semua bidang maju karena Mulla Sadra dalam kitab “asfar
Al-arba’ah” mengatakan bahwa untuk mencapai hakikat kita bisa menggunakan 4
cara :
1.
Dari mahluk ke mahluk
Jadi untuk kita sampai kepada
hakikat kita bisa memakai menggunakan cara ini dengan mencari dalil-dalil dari
ciptaan Tuhan sehingga kita bisa bertemu dengan hakikat Tuhan sebenarnya,
banyak ilmuwan yang mempelajari tentang mahluk Tuhan dan sampai kepada
kesimpulan mereka menemukan Tuhan/ Alloh.
2.
Dari Qodim ke Hadits
Perjalanan Tuhan ke
mahluknya, ini dikhususkan bagi nabi dan Rasul Tuhan. Yaitu Tuhan menurunkan
wahyu kepada manusia pilihan yaitu rasul sebagai penyampai risalah dan
memberikan pemahaman serta hakikat kepada umatnya.
3.
Dari Hadits ke Qadim
Ini dipahami bahwa untuk
mencapai Tuhan, maka kita harus berjalan naik transendensi menuju kesempurnaan,
dengan membersihkan jiwa dan akhlak kita agar
bisa bertemu dengan Tuhan.
4.
Dari Qadim ke Qadim
Perjalanan dari Tuhan
menuju Tuhan
Sehingga dengan adanya pemikiran ini orang-orang ada yang mencoba untuk
sampai kepada hakikat dengan cara 1, 2, 3 atau 4.
Sehingga ada orang yang
menjadi ulama, ilmuwan, pemikiran, dan penemuan dalam bidang sains terus maju
dan tidak berhenti seperti di Indonesia.
Mulla Sadra pernah
mengatakan “bahwa seluruh keberadaan yang hadir pada alam ini baik itu yang
materi, tumbuhan, hewan dan juga manusia , semuanya sedang bergerak menuju
keberadaan-keberadaan yang lebih sempurna dan akan dibangkitkan dengan
keberadaan-keberadaan yang sesuai dengan dirinya pada alam akal dan alam
barzakh”. Dari perkataan beliau jelaslah bahwa semua mahluk Alloh sedang
transendensi bergerak menuju kesempurnaan, kita masa sekarang dan masa lalu
tentu berbeda. Dan mungkin akan berubah juga nanti ketika masa depan dan fitrah
manusia selalu ingin menjadi lebih baik dan sempurna atau dalam istilah Mulla
Sadra dinamakan “haroqah al-jauhariyah” yaitu pergerakan mahluk menuju
kesempurnaan baik itu menuju menjadi pribadi yang baik, orang kaya dan
lain-lain. Tapi, yang dimaksud Mulla Sadra ini adalah menuju yang maha sempurna
yaitu Alloh SWT.
Jadi, kesimpulannya tugas kita sebagai pemuda Muslim adalah menjaga aqidah
dan kebudayaan Islam kita jangan sampai tercampuri dengan budaya Barat atau
terlena dengan budaya Barat yang menjauhkan kita kepada Islam dan Alloh SWT. Membangkitkan
kembali kejayaan dalam bidang sains, keagamaan dan spiritual umat Islam
sehingga menjadi maju dan bisa menjadi agama yang Rahmatan lil alamin..
Dan juga jadi pemimpin
dan bukan jadi budak yang tertindas di negaranya sendiri dan memberi cahaya
bagi seluruh manusia dan harum diseluruh dunia. Menjadi pemuda yang selalu naik
menjadi lebih baik dalam segala bidang baik dalam bidang akhlak, ekonomi,
sosial, dan semoga kita bisa bertemu dengan Alloh SWT disurga dan dibangkitkan
oleh Alloh di padang mahsyar sebagai manusia dan masuk surga. Di dunia sejahtera
dan di akhirat masuk surga. Dan Anda dan juga saya mungkin telah mulai
melakukan apa yang disebut dengan “haraqah al-jauhariyah” yaitu pergerakan
jiwa dan akal menuju kesempurnaan setelah membaca esai saya ini.
Aamiin...
Sekian..
QUOTES :
“Jika kita ingin berubah atau sukses maka rubah dahulu pola pikir
(mindset) kita”
Leo Tolstoy pernah mengatakan
“Dulu aku berpikir ingin merubah dunia tapi aku tidak bisa karena aku
telah tua, lalu aku memutuskan untuk merubah kotaku ternyata masih susah, lalu
aku memutuskan untuk merubah keluargaku, tapi ternyata masih susah, dan
akhirnya aku memutuskan untuk merubah diriku sendiri. Coba dahulu aku merubah
diriku sendiri, mungkin aku bisa merubah keluargaku, kemudian kotaku dan
kemudian merubah dunia”
Wassalamualaikum Wr. Wb
Referensi :
Lihat Seyyed Hossein Nasr,
Tiga Aliran Filsafat Islam,
Lihat Mulyadi Kartanegara, Gerbang kearifan,
0 komentar:
Post a Comment