Thursday 5 February 2015

PERTENGKARAN ORANG BUTA

REMAH MAKNA



PERTENGKARAN ORANG BUTA




P
ernah mendengar kisah empat orang buta maraba gajah cerita ini, kata sih, berasal dari India atau Persia, tetapi kemudian di pakai oleh para sufi. Ceritanya kurang lebih kayak gini. Ada empat orang buta yang pengen tahu betul kayak gimana sih, betul gajah itu? Nah, suatu hari , ada seorang yang membawanya “gini” dan “gitu”.
Dengan antusias, keempat orang ini mendekati gajah tadi dan mulai meraba-rabanya. Orang buta pertama meraba telinganya. Sedangkan yang kedua meraba belalainya.
Orang buta yang ketiga mulai meraba ekornya dan orang yang keempat meraba kakinya.
Kemudian, setelah selesai , mereka kembali berkumpul dan mengutarakan pendapatnya sendiri-sendiri tentang bagaimana  bentuk seorang eh seekor gajah itu.
Wah, betul- betul luar biasa, ya? Ternyata gajah itu kayak gimana ya, bentuknya, tipis dan halus , kayak daun pisang” kata orang buta pertama.
siapa bilang? Gajah itu bentuknya kayak sedang, ada lubangnya di ujung” orang buta kedua menimpali.
Gimana sih, kalian ini?! Gajah itu kayak ular, bentuknya panjang, tahu!” orang  buta yang ketiga menyela dengan tidak sengit  (pena ajaib/SPS).
kalian salah! Aku berani bertaruh , gajah itu kuat dam kayak batang pohon!
Orang buta keempat berteriak sambil marah. Akhirnya, keempat orang buta tadi berteriak satu sama lain.
Kisah keempat orang orang buta ini, dipakai oleh para sufi sebagai sindiran dari kebanyakan orang. Ngakunya pendapatnya paling benar . kebenaran mah kayak “gini” dan “gitu” seolah dia sendiri yang paling tahu, padahal , ia hanya menggunakan perangkat diri yang sangat terbatas itu seperti orang buta tadi.
Coba, kalau keempatnya bisa melihat, kan nggak perlu banyak orang omong dan bertengkar. Mereka bisa melihat kebenaran , yakni bentuk gajah tadi dalam realitas yang utuh.
Masalahnya adalah, bagaimana caranya kita menggapai sebuah kebenaran yang hakiki? Degan perangkat  (yang tentunya semua manusia memilikinya) seperti apa. Inilah yang dalam bahasa kerennya , dinamakan epistimologi , yakni cara bagaimana manusia mencapai pengetahuan yang benar.

Sedangkan, imu mengenai bentuk atau wujud yang di umpamakan seekor gajah dinamakan ontologi (pena ajaib/SPS)

0 komentar:

Post a Comment

 
;