Thursday 9 April 2015

UTS

UTS FILSAFAT BARAT
M IQBAL M
13.2.1.211.004
STFI SADRA JAKARTA


2. prinsip rasionalisme modern? Rasionalisme bertentangan dengan Agama?
·         Rasionalisme modern Rene Descartes percaya dengan adanya inner idea , atau ide-ide bawaan yang dibawa manusia ketika mereka masih bayi yaitu : akal, kebaikan, mana yang baik dan buruk, atau dalam Islam nama lain adalah fitrah
·         Antroposentris, menolak agama
·         Rasionalisme memakai akal untuk sampai kepada Tuhan, dan memakai penalaran untuk sampai kepada realitas yang nyata dan sampai pada Tuhan.
·         Memakai silogisme, premis mayor-minor, sebab-akibat, untuk pendekatan kepada Tuhan.
·         Akal itu di ciptakan Tuhan, dan akal yang bersih kita dijaga Tuhan dari kesalahan.
Dan saya pikir, Rasionalisme itu tidak bertentangan dengan Agama, justru rasionalisme ingin membuktikan adanya Tuhan dan membuktikan kebenaran agam dengan akal (rasio murni) tapi banyak kesalahan penafisran yang jusru menjauhkan manusia dari Tuhan dan agama, juga keimanan. Memang semangat pada zaman itu untuk melepaskan dogmatis Kristen dan agama.

3. Prinsip-prinsip Empirisme. Dan apa hubungan empirisme dan skeptisisme?

·         Empirisme modern, menekankan kepada pengalaman indera
·         Awal mula Francis Bacon
·         Segala sesuatu harus dapat di indera dengan mata, jika tidak keluar dari empirisme
·         Pengalaman adalah segalanya
·         Menyanggah  silogisme, rasio, premis mayor-minor, sebab-akibat menurut Empirisme belum cukup untuk kebenaran, harus dengan penyaksian langsung dengan mata dan pengalaman.
·         Bahwa pengetahuan terdahulu Rene Descartes itu telah dihancukran.
·         Tidak terlalu membahasa metafisika, agama dan Tuhan. Karna besifat tidak dapat di indera.
·         Belum disebut benar jika tidak bisa dilihat mata dan ada pengalaman dan bukti konkrit, materi.
·         Etika itu ketika melihat perilaku manusia.
Hubungan empirisme dengan skeptisisme (ragu), karna pengalaman itu bersifat berubah-ubah maka keimanan pun berubah-ubah dan meragukan segala sesuatu. Apa yang dilihat oleh mata sekarang, belum tentu untuk besoknya juga akan sama seperti itu. Maka empirisme itu bersifat berubah, dan meragukan adanya Tuhan, mukjizat, malaikat, Tuhan karna tidak dapat dibuktikan dengan mata dan pengalaman.


5. Kritik atas pandangan David Humme.
Humme mungkin membantah salah satu keimanan agama yaitu tentang : Tuhan, mukjizat, malaikat itu hanya bisa melalui pendekatan rasional dan akal saja. Tuhan( yang tidak terlihat) maka pendekatannya dengan akal juga( yang tidak terlihat ), Namun yang tidak terlihat dengan mata indera belum tentu tidak ada. Pendapat tentang empirisme ekstrim ini sangat membahayakan bagi umat Islam, apakah segala sesuatu harus dilihat dengan mata?? Dan jika tidak terlihat dengan mata itu tidak ada? Mungkin Tuhan memang tidak bisa dengan pendekatan empiris, pengalaman indera.
Hanya bisa dengan akal, burhan, argumentasi gradasi wujud, spiritual, pengalaman bathin, tasawuf, irfan. Yang ingin saya kritisi adalah yang tidak terlihat oleh Indera (mata) belum tentu tidak ada. Atau mungkin justru yang tidak terlihat oleh mata ini yang benar-benar yang ada dan mono-realisme. Satu dan yang paling benar-benar ada (eksistensi) dan lebih wujud daripada kita (manusia dan materi).

6. Apakah Rennaisance terjadi di Islam?
Saya pikir sedang, salahsatunya sedang dilakukan negara Iran, dan mengembangkan sayapnya ke Indonesia ke STFI SADRA Jakarta, dengan semangat para filsuf Muslim dan membangun peradaban dan rennaisance Islam. Iran ingin kembali membangun Islam menjadi raja dunia, walau menurut saya ada kepentingan politik dibalik itu semua yaitu Iran ingin dibantu, karna Iran merupakan negara yang sudah lama di boykot oleh Eropa dan Amerika, Iran sebenarnya ingin merangkul Indonesia yang sama-sama mayoritas Muslim, namun kendala dari Iran sendiri bahwa Indonesia merupakan negara Sunni bukan Syiah, karna berbeda ideologi dan Wahabi juga yang menjadi musuh bubuyutan Iran, sangat susah untuk merangkul Indonesia dan sama-sama melawan ARAB, karna orang Indonesia itu tidak mau berurusan dan punya masalah dengan negara manapun, baik Amerika, Arab, atau Israel. Indonesia merupakan negara yang masih berkembang dan belum maju.
Tak ada salahnya jika Iran meminta Indonesia untuk membantu Iran dan membangun peradaban Islam, tapi menurut saya sangat susah.
Kita lihat bagaimana sepak terjang Iran untuk membangun peradaban Islam, saya sendiri mencoba untuk membangun peradaban Indonesia sendiri, dengan cara damai tentunya, bukan ekstrim seperti  ISIS. Saya pikir ukhuwah Islamiyyah harus lebih di utamakan, peduli itu. Niat atau tidak ISLAM mengambil alih peradaban dunia, atau syukur dan merasa cukup saja dengan yang ada sekarang ini.








1.ESSAI TENTANG FILSAFAT, AGAMA DAN SAINS 2 BUKU REFERENSI :

Lavine TZ. 2003. David Hume, Yogyakarta: Jendela.
Russel Bertrand. Sejarah Filsafat Barat (perpustakaan Sadra tanpa Penerbit).
Hardiman. F Budi, 2004, Filsafat Modern (dari Machiavelli sampai Nietzsche), Jakarta:PT Gramedia Pustaka Utama.

FILSAFAT, AGAMA DAN SAINS

Berbicara tentang filsafat, agama dan sains tidak akan ada habisnya, karena pembahasan ini selalu hangat untuk diperbincangkan baik pada zaman dahulu maupun sekarang. Karna temanya yang selalu up to date dan tak lekang di makan zaman.
Filsafat, agama dan Sains dalam hubungannya dengan Buku yang saya baca, kebetulan buku yang saya baca berhubungan dengan  empirisme atau pengalaman dan David Humme, Semangat dari kaum empirisme adalah ingin menyempurnakan apa itu kebenaran. Sebelumnya saya ingin mengutip apa kata Muhammad Iqbal Al-Pakistani seorang filsuf dari Pakistan, beliau mengatakan “baik agama maupun sains sebenarnya mencoba untuk membuktikan apa itu kebenaran, dengan metode yang berbeda. Baik agama maupun sains keduanya beranggapan dengan metode yang benar. (read: sains ; empirisme +rasional, agama (rasional+intuisi+spiritual+keimanan).”
Ontologi
 (Humme hanya percaya bahwa yang ada itu yang bisa dilihat oleh mata; wujud, eksistensi, materi, hal yang penting)
Kita kembali, niat David Humme sebenarnya baik, ingin menyempurnakan teori yang sebelumnya, bahwa kebenaran itu hanya bisa dengan pendekatan rasional saja (Rene Descatres) padahal tidaklah demikian, David Humme datang dengan pandangan empirisme nya, walau dikatakan empirisme yang radikal dan ekstrim bahwa segala sesuatu harus bisa dilihat oleh mata, mukjizat, Tuhan, malaikat sebagai salah satu dari konsep agama itu menurut David Humme susah untuk dijelaskan dan di buktikan secara mata inderawi.
David Humme hanya percaya dengan apa yang bisa dilihat dan diukur, kebaikannya untuk menyempurnakan metode sains malah menjadikan dia menjadi seorang skeptis (ragu) .
Teori Humme tentang bola penghancur, teori Rene Descartes bahwa ada sesuatu yang tidak bisa dinalar oleh akal (rasio) manusia yaitu harus dengan pengalaman, salah satu dalilnya yaitu :
 Kita tidak bisa tahu apakah besok matahari akan terbit atau tidak, baik dengan seba-b-akibat, premis mayor-minor pun seberapa hebatnya kita melakukan premis mayor-minor dan sebab-akibat. Kesimpulannya, tetap saja kita harus melihat langsung keesokan harinya apakah matahari akan terbit atau tidak.??? Harus dengan mata, pengalaman diri sendiri.
Memang benar juga, tidak semua ilmu pengetahuan bisa diselesaikan dengan matematika, koherensi, korespondensi, logika, silogisme (premis mayor-minor filsafat) tapi ada hal-hal yang harus kita lihat sendiri (empiris).
Epistimologi
 (Akibat dari Ontologinya, Humme menganggap metode untuk tahu realita itu dengan mata dan empirisme , pengalaman , perhitungan, pengukuran).
Ini berdampak pada kepercayaan Humme akan agama, dan sains karena ontologi .
Tentang agama Humme tidak percaya dengan hukum sebab-akibat (mukjizat), tidak percaya malaikat, setan, surga, Tuhan dan neraka. Karna dianggap tidak bisa dilihat oleh mata kepala sendiri.
Tentang Sains, Humme tidak percaya dengan metode matematika, logika dan silogisme saja. Tapi harus dengan empirisme. Nantinya akan disempurnakan oleh Immanuel Kant yang menggabungkan antara David Humme dan Rene Descartes (empirisme+rasional) yang menjadi metodologi ilmu sains modern saat ini.





AKSIOLOGI
(Akibat dari Ontologi, epistimologi  Humme tentang pengalaman, empirisme ekstrim. Maka pengaplikasian Humme tentang etika, estetika).
·         Membuat Humme menjadi seorang skeptis (meragukan ) adanya Tuhan, neraka, surga, mukjizat, malaikat dan hal-hal yang metafisik.
·         Bahwa nafsu itu mengendalikan akal, Humme tidak percaya dan tidak mengedepankan akal, tapi mengedepankan panca indera mata dan nafsu. Sehingga kebaikan dan keburukan menurut Humme karna pengalaman dan nafsu manusia saja.
·         Kaum empirisme menganggap orang baik dan buruk karena apa yang mereka lihat, dengar dan dimana mereka tinggal.
·         Kebenaran itu adalah yang dapat di indera (empiris) sesuai pengalaman, belum penyempurnaan Immanuel Kant (empirisme+rasional) yang jadi metode sains sekarang.
·         Etika perilaku kebaikan dapat dilihat dari apa yang diperbuat seseorang.
·         Estetika tentang apa yang terlihat oleh mata.



0 komentar:

Post a Comment

 
;