ARTIKEL FILSAFAT TIMUR
M IQBAL M
FILSAFAT ISLAM
13.2.1.211.004
ONTOLOGI
(APA HAKIKAT/ WUJUD YANG NYATA MENURUT HINDU DAN BUDHA ITU?
APA ITU HINDU DAN BUDHA ITU??)
Om Swastyastu
Hindu dan Budha melihat materi, sesuatu yang dilihat oleh
mata ini adalah suatu hal yang maya, fatamorgana, bukan sebenar-benarnya yang
asli dan realita.
Hindu dan Budha dalam melihat ontologi atau hakikat lebih
kepada hal yang mistik dan spiritual, Hindu percaya dengan adanya Tuhan atau
sang widi, sedangkan Budha sendiri percaya untuk sampai kepada kebahagiaan
sejati kita harus melepaskan dari kesenangan duniawi dan maya, hal-hal yang
membuat manusia tidak sampai kepada kebahagiaan sejati / arwana
Keesaan Tuhan serta WujudNya
Tidaklah mudah untuk memberikan
penjelasan tentang Tuhan karena keterbatasan akal manusia, hal itu menunjukkan
begitu kecilnya manusia dihadapanNya. Meski begitu manusia tetaplah membaktikan
dirinya dihadapanNya sebagamana tertuang dalam sabda suci Rg veda X.129.6
yaitu:
“Sesungguhnya siapakah yang
mengenalaNya. Siapa pula yang dapatmengatakan kapan penciptaan itu. Dana kapan pula diciptakan alam semesta
ini, diciptakan dewa-dewa. Siapakah yang mengetahui kapan kejadian itu?”
Sabda suci yang serupa juga terungkap dalam
Bhagavadgita X.2 yang artinya:
“Baik para dewa maupun resi agung
tidak mengenal asal mulaKu. Sebab dalam segala hal, Aku adalah sumber para dewa
dan resi agung” (Wayan dalam Aminah .Eds,
2005: 93-94).
Theologi dalam terminologi agama Hindu disebut Brahma
Vidya yaitu pengetahuan tentang Brahma (Tuhan). Kesadaran para resi dan
tokoh agama Hindu akan keterbatasan bahasa definisi Tuhan, menimbulkan adagium
atau term yang menyatakan bahwa Tuhan itu Neti, Neti, Neti (bukan ini,
bukan ini, bukan ini). Karena dalam Brahmasutra dinyatakan bahwa Tuhan itu, “Tad
avyaktam, aha hi” (sesungguhnya Tuhan tidak terkatakan) (Wayan dalam Aminah
.Eds, 2005: 96).
Dalam keyakinan agama Hindu, Brahman atau Tuhan
hanyalah satu, esa, tidakj ada duanya, namun karena kebesaran dan kemuliaanNya,
para resi dan orang-orang yang bijak menyebutnya dengan beragam nama.
Kitab Veda juga membicarakan wujud Brahman. Di
dalamnya menjelaskan bahwa Brahman sebenarnya adalah energi, cahaya, sinar yang
sangat cemerlang dan sulit sekali diketahui wujudnya. Dengan kata lain Abstrak,
Kekal, Abadi, atau dalam terminologi Hindu disebut Nirguna atau Nirkara
Brahman (Impersonal God) artinya Tuhan tidak berpribadi dan
Transenden.
Meski Brahman tidak terjangkau pemikiran manusia atau
tidak berwujud, namun jikalau Brahman menghendaki dirinya terlihat dan
terwujud, hal itu sangat mudah dilakukan. Brahman yang berwujud disebut Saguna
atau Sakara Brahman (personal God), Tuhan yang berpribadi atau immanent.
Kedua konsep
Tuhan yang impersonal dan personal tersebut di atas dapatlah ditemukan dalam
mantra Bhagavadgita IV.6,7,8 dan Bhagavadgita XII,1 dan 3 dengan sebutan
sebagai berikut (Wayan dalam Aminah .Eds, 2005: 100):
1.
Paranaamam; Tuhan Maha Tinggi dan Abstrak, Kekal Abadi
tidak berpribadi impersonal, nirkara (tak berwujud), nirguna (tanpa sifat guna)
dan Brahman.
Tuhan atau Brahman dalam bentuk yang abstrak tersebut di Bali disebut Sang Hyang Suung, Sang Hyang Embang, Sang
Hyang Sunya. Karena tidak
berbentuk, sulit dibayangkan dan dipikirkan (acintya, Bali).
2.
Vyuhanaama; Tuhan berbaring pada ular di lautan susu.
Gambaran Tuhan seperti ini hanya bisa dilihat oleh para dewa. Di Bali
penjelasan seperti itu disebut Hana Tan Hana (Ada tidak Ada), artinya Tuhan itu
diyakini ada, namun tidak bisa dilihat.
3.
Vibhawanaama; Tuhan dalam bentuk ini disebut Avatara
(turun menyebrang). Tuhan. Ia juga biasa disebut Saguna atau Sakara Brahman (personal god). Visualisasinyapun dapat:
- Tumbuhan/binatang
(Unanthropomorphes): tumbuhan Soma, Ikan, Kura-kura,
Babi Hutan, Garuda.
- Setengah Manusia-binatang (semi-antropomorphes): Hayagrva yaitu manusia berkepala kuda , Natrasimha yaitu manusia berkepala singa.
- Bentuk manusia dengan segala kelebihannya (anthro-pomorphes) seperti Vamana, Sri Raama, Kresna, Bhagawan Sri Sathya Narayana.
4.
Antaraatmanama; Tuhan meresapi segalanya dalam bentuk atma
atau zat ketuhanan. Segalanya adalah Brahman (monisme).
5.
Archananaama; Tuhan yang terwujudkan dalam
bentuk archa atau pertima (replika mini) seperti patung dalam berbagai bahan
dan wujud.
Dari uraian di atas bisa disimpulkan bahwa ketuhanan dalam agama Hindu
adalah perpaduan dari monoteisme transenden, monoteisme imanen, dan monisme.
Sekali lagi, ditegaskan dalam agama Hindu apapun wujud dan rupanya Tuhan diyakinain
hanya satu (esa). Keesaan Tuhan atau Brahma itu dibuktikan dalam berbagai
mantra-mantra (ayat-ayat, red) dalam Veda seperti pada Rg. Veda I.64.46 yang
berbunyi:
“Mereka menyebutnya dengan Indra, Mitra, Varuna, dan Agni
Beliau yang bersayap keemasan Garutman
Beliau Esa orang bijaksana menyebutNya banyak
Nama: Indra, Yama, Marisvan
Mantra di atas juga
sama disebutkan dalam Bhagavadgita XI.39 dan juga dalam Savastava. 3 yang
menyebutkan bahwa Tuhan itu disebut dengan berbagai nama, walaupun sesungguhnya
Brahman itu Esa.
Brahman menurut Veda juga tidak berjenis kelamin dan
berusia. Dengan kata lain jenis kelamin dan usia segalanya ada pada diri Tuhan
(Artharvaveda.X.8.27: Rgveda VIII.58.2). Hal tersebut logis menurut Vedanta,
karena Tuhan adalah segalanya dalam kaitannya konsep monisme. Dengan begitu
Tuhan menurut Veda adalah seorang Anak, seorang Ibu, Bapa, Nenek, Datuk,
Kekasih dan sekaligus adalah gabungan itu semua, atau bukan semua hal seperti
itu (Wayan dalam Aminah .Eds, 2005:
105).
EPISTIMOLOGI
(BAGAIMANA CARANYA AGAR SAMPAI KEPADA KEBAHAGIAAN ITU?
BAGAIMANA HINDU DAN BUDHA ITU?)
Baik Hindu maupun Budha lebih menitik beratkan kepada
“antroposentris” manusia itu sendiri dan jiwa bagaimana untuk mencapai
kebersihan dan kebahagiaan sejati, maka jangan salah jika dalam Budha ada yang
disebut dengan bersemedi, bahkan banyak para biksu yang bertapa ke Hutan untuk
menjauhkan dirinya dari keduniawian dan mencapai kebahagiaan sejati dan tidak
mau lagi reinkarnasi/ hidup kembali ke dunia, karna Reinkarnasi dianggap
sebagai penderitaan, dilahirkan kembali ke dunia merupakan penderitaan. Oleh
karna itu mereka harus bersmedi dan sampai kepada maqom arwana agar tidak
reinkarnasi dan dihidupkan ke dunia ini yang penuh dengan samsara/ sengsara, keinginan
dan ketidak bahagiaan ini, , yaitu :
1.
Keinginan-keingina yang melupakan dirinya dengan
atman, jiwa , membersihkan diri dan jiwa.
2.
Dukka, nafsu dan hawa ingin menguasai.
3.
Berkonstrasi yang benar.
Hindu sendiri melakukan pembersihan diri, dan jiwa melalui
pembersihan atman (jiwa) agar sampai kepada moksah. Jalannya ada beberapa
tingkatan, di sesuaikan dengan kasta kita.
Kasta brahmana, ksatria, dsb
Jalan HINDU :
Bhakti : melaksanakan
tugas kita sebagaimana kasta kita. Contoh : brahmana yaitu bertapa dan memberi
pelajaran.
Ksatria dengan berperang dan menjaga perdamaian dsb.
KAMA : Jalan
cinta, merupakan salah satu jalan menuju kebahagiaan, maka ada kitab Kama
sutra, yaitu kitab tentang hubungan manusia antara wanita dan pria bagaimana
untuk sampai kepada puncak kebahagiaan (klimaks)
NYANA :
pembersihan atman agar sampai kepada ananda/ surga, kebahagiaan sejati.
JALAN BUDHA :
1.
Kebenaran tentang penderitaan (reinkarnasi)
2.
Sebab-sebab penderitaan/ dukka (keinginan dan nafsu)
3.
Melenyapkan penderitaan
4.
Metode/ jalan pelenyapan penderitaan.
Ada 8 jalan untuk sampai kepada kebahagiaan
:
1.
Penglihatan yang benar
(menjaga mata kita dari hal-hal yang mebuat pusing)
2.
Pikiran yang benar
(berpikiran positif dan menghindari pikiran salah dan jelek)
3.
Perkataan yang benar
(berbicara yang baik dan benar)
4.
Perbuatan yang benar
( jangan melakukan kerusakan)
5.
Hidup yang benar
(tidak mengganggu orang lain)
6.
Usaha yang benar
(bekerja dengan baik dan benar, sesuai ketentuan)
7.
Perhatian yang benar
(memberi perhatian sesuai, tidak
berlebihan)
8.
Konsentrasi yang benar
(bersemedi, melakukan pembersihan diri dan jiwa untuk sampai kepada
arwana dan surga, agar tidak reinkarnasi).
AKSIOLOGI
(
APA MANFAATNYA SETELAH KITA TAHU TENTANG HAKIKAT DAN METODE HINDU BUDHA? APA
PENGAPLIKASIAN DALAM HIDUP KITA?? )
·
Dengan kita tahu tentang hakikat tentang hidup
ini, maka diharapkan kita lebih bijaksana dalam melihat perbedaan.
·
Kita dapat berperilaku dan berakhlak baik kepada
yang lainnya. (percaya akan karma).
·
Kita tidak terlalu bersedih dengan kehilangan seseorang
dan kematian (reinkarnasi).
·
Dengan percaya dengan karma, sebab-akibat.
Membuat kita berperilaku baik kepada sesama dan yang lainnya.
·
Kita tidak terlalu pusing dengan masalah dunia
da stress dengan apa yang ada di dunia ini, karna kita sibuk dengan diri kita
dan bagaimana cara untuk mendekatkan diri kepada Tuhan dan sampai kepada
kebahagiaan.
0 komentar:
Post a Comment