Sebenarnya dunia tulis menulis baru saya tekuni dan minati
sekarang, ini berawal dari kebiasaan saya menuliskan hal-hal yang menarik dan
ide yang saya kira bagus, lalu saya tulis di status facebook. Tapi
dipikir-pikir daripada buat status facebook yang hanya bikin spam
atau sampah di profil dan beranda orang lain. Kenapa tidak saya ikutan
lomba-lomba menulis, selain menyalurkan bakat saya tentang menulis,
menghilangkan stress saya karena saya belajar tipa hari dan filsafat. Why
not? Kata saya, masalah menang atau tidak itu bukan masalah bagi saya.
Tapi, ya kalau menang pun alhamdulillah. Terus, memang tujuan saya
menulis di status facebook memang dengan tujuan agar dibaca oleh para
orang lain yang membuka facebook sehingga merubah paradigma mereka dan
merevolusi mental . Dan saya tahu bahwa setiap orang di dunia kebanyakan
mempunyai Fb . Jadi, dengan sengaja atau tidak sengaja mereka pasti membacanya
walau saya membatasi jika pun tidak suka dengan apa yang saya posting silahkan
blokir Fb saya.
Dunia tulis
menulis baru saya mengerti dan dalami ketika saya kuliah di STFI SADRA Jakarta
pada saat pelajaran Bahasa Indonesia dengan dosen Pak Hernowo, Penulis yang
telah membuat banyak buku. Buku beliau yang terkenal adalah tentang mengikat
makna. Pak Hernowo adalah alumni ITB dan sangat menyukai tulis- menulis,
suka membaca buku Harry Potter karya JK Rowling, pernah bekerja di Mizan
sebagai editor. Saya belajar banyak hal padanya tentang bagaimana menulis di ruang
privasi, menulis mengikat makna, dan coba menulis apa-apa yang kita dapat,
mencoba merubah tulisan sesuai dengan EYD dan tanda baca yang benar. Walaupun saya
merasa masih sangat kurang, dan saya masih ingin terus belajar lagi tentang dunia
tulis menulis.
Bagi saya, tulis
menulis dan membuat buku bukan hanya tentang royalti atau menjadi terkenal .
Walau itu bagus juga jika buku yang kita buat booming dan best seller
seperti penulis Habiburrahman Elshirazy, Tere Liye, Gol A Gong, dan penulis
profesional lainnya. Bagi saya menulis dan membuat sebuah buku lebih daripada
itu. Ini adalah tentang masalah eksistensi diri, bagaimanapun kita pintar
setinggi langit, jika kita tidak menulis dan orang lain tidak tahu itu percuma
saja, bukan sombong tapi ingin berbagi ilmu dengan yang lainnya. Dengan menulis
kita bisa hidup seribu tahun lagi. Kita telah tahu beberapa penulis nasional
dan internasional yang terkenal. Tapi saya lebih tertarik untuk melihat
bagaimana tulisan dan karya ulama terdahulu pada zaman dulu kala seperti Ibnu
Rusyid dengan “Tahaffut Attahafut”, Al-Ghazali dengan “Attahafut
Alfalasifah”, Ibnu Sina dengan “Qonun fi Al-tib”, dan banyak lagi
ulama yang lain, bukunya masih kita gunakan sampai sekarang.
Memang zaman
dahulu ilmu pengetahuan sangat dijunjung tinggi di dunia islam, contohnya
setiap tulisan yang dibuat akan diganti dengan emas sesuai berat buku yang
dibuat. Namun, seperti judul saya menulis bukan hanya tentang masalah royalti,
menjadi Penulis dan di tolak itu adalah hal yang biasa, karena jika tidak di
tolak maka mudah sekali dan tidak ada tantangan bagi kita untuk lebih serius
lagi, dan berubah menjadi lebih baik lagi. Walau jangan terlalu sering juga di
tolak hhe J .
Kita tahu
buku-buku filosof barat “Republika” karya Plato menjadi dasar dari
peradaban dan kita tahu bahwa pada zaman Yunani sebelum masehi telah terjadi
peradaban yang maju, kita bisa tahu kejadian apa yang telah terjadi pada masa
itu dengan tulisan-tulisan, Contohnya : tulisan hegrolif di Mesir, tulisan
prasasti di Bogor, karena tulisan di prasasti bisa hidup lebih lama. Bukan
tidak mungkin jika tulisan yang kita buat di penerbit juga bisa tahan lama.
Karena, dalam menulis buku bukan hanya tentang bagaimana buku kita dipajang di
etalase toko buku saja, tapi bagaimana tranformasi terjadi pada diri kita dan
orang yang telah membaca buku kita menjadi lebih baik lagi.
Menjadi penulis
bukan cita-cita pertama dan jadi yang utama, saya lebih suka dengan sosok Pak
Haidar Bagir selain seorang penulis beliau juga seorang CEO di sebuah
perusahaan publishing, dan juga membuat banyak lembaga amal seperti Mizan Amanah
dll, saya suka dunia bisnis dan menulis. Keduanya bisa disatukan dan bisa
dikembangkan, disela-sela kegiatan kampus saya yang padat saya coba untuk
meluangkan isi pikiran yang ada dalam otak saya, apalagi mata kuliah yang saya
pelajari bukan termasuk hal yang mudah, yaitu filsafat. Oke ,Jadi kesimpulannya
jadi Penulis bukan hanya sekedar
royalti, tapi tentang seberapa lama eksistensi kita di dunia ini, seberapa
manfaat diri kita di dunia ini, seberapa lama hidup kita di dunia ini, seberapa
banyak amal zariyah yang kita berikan
untuk dunia ini. Karena kita tahu kita tidak akan hidup selamanya. Tapi ilmu
kita akan hidup dan dikenang selamanya dalam sejarah.
Jika anak adam meninggal
dunia maka terputuslah segala amalnya, kecuali 3 hal, yaitu : anak soleh yang
mendoakan orang tuanya, ilmu yang bermanfaat dan amal zariyah yang terus mengalir, dalam akhir perjalanan
dan istirahat hidup kita, kita disuruh untuk memilih untuk menjadi orang
kebanyakan dan rata-rata orang, yakni hidup – kerja – meninggal – dilupakan
dunia, atau memilih menjadi orang yang dikenang, hidup – kerja – menulis –
membuat suatu karya – hidup selamanya. Seperti para filsuf, seperti para
penulis, seperti para raja yang terkenal, seperti orang –orang baik dan
tercantum dengan abadi dengan tinta emas, bukan tinta kotor yaaa .
Kita bisa memulai menerbitkan buku di rasibook
Dan saya pun telah mencoba untuk menerbitkan dan menekuni bidang tulis-menulis ini.
Mulailah dengan rasibook, kalau bukan sekarang kapan lagi
http://www.rasibook.com/p/tentang-kami.html
Kita bisa memulai menerbitkan buku di rasibook
Dan saya pun telah mencoba untuk menerbitkan dan menekuni bidang tulis-menulis ini.
Mulailah dengan rasibook, kalau bukan sekarang kapan lagi
http://www.rasibook.com/p/tentang-kami.html
Terimakasih...
Wassalamualaikum... Wr. Wb.
0 komentar:
Post a Comment